Buka Kotak

Mahatari Jawa

BEDHAYA

Bedhaya adalah tarian seremonial dan sakral yang berakar kuat pada spiritualitas, menekankan keharmonisan Wiraga (tubuh) Wirama (ritme), dan Wirasa (perasaan) melalui gerakan-gerakannya yang anggun, ritme yang terukur, dan ekspresi emosional yang mendalam.

Bedhaya adalah tarian sakral dan seremonial dari Jawa yang memiliki akar spiritual dan budaya yang mendalam. Berawal sebagai ritual di dalam pura dan kemudian berkembang menjadi pertunjukan di lingkungan keraton, tarian ini melambangkan harmoni, pengabdian, dan kesatuan kerajaan melalui gerakannya yang anggun serta lirik-lirik yang penuh simbolisme. Setiap keraton memiliki versi Bedhaya yang khas, dengan tarian seperti Bedhaya Angron Akung yang mengisahkan cerita abadi tentang cinta, kesetiaan, dan warisan budaya—kisah-kisah yang terus menginspirasi dan menjaga jati diri budaya Jawa hingga hari ini.

Mahatari

BEDHAYA

Bedhaya adalah tarian seremonial dan spiritual yang secara tradisional dipentaskan di lingkungan keraton Jawa, mewujudkan kehalusan estetika tradisi tari Jawa, khususnya gaya Yogyakarta dan Surakarta (gagrak), yang menekankan kesatuan yang harmonis Wiraga (gerakan) Wirama (ritme), dan Wirasa (perasaan). Tarian ini diiringi oleh karawitan musik, di mana melodi-melodi disusun secara rumit sesuai dengan makna filosofis liriknya, serta ketukan yang tetap dari gendang (gong) membimbing ritme dengan keanggunan yang meditatif.

Menurut tradisi, Bedhaya berasal sebagai tarian sakral di pura yang disebut Lenggotbawa, yang diciptakan oleh dewa Bethara Wisnu dan diiringi oleh musik surgawi yang dikenal sebagai Lokananta. Seiring waktu, tarian ini berkembang dari sebuah ritual persembahan kepada para dewa menjadi sebuah pertunjukan di lingkungan keraton, yang kini dipentaskan di pendopo keraton untuk menghormati raja yang sedang memerintah, diiringi oleh nada-nada halus musik gamelan.

Mahatari Bedhaya adalah tarian warisan yang dihormati dan dipentaskan sekali dalam setahun pada saat Tingalan Dalem Jumenengan upacara. Diiringi oleh dentingan lembut rebab, para penari melangkah dengan khidmat menuju singgasana raja. Sesampainya di sana, mereka duduk bersila dan menampilkan sila sembahan, sebuah gerakan penghormatan yang mendalam. Lebih dari sekadar pertunjukan, Bedhaya adalah sebuah ritual sakral yang mewujudkan keanggunan, pengabdian, dan harmoni spiritual.

Bedhaya adalah tarian warisan yang unik untuk setiap keraton Jawa, seperti Bedhaya Ketawang (Surakarta) dan Bedhaya Semang (Yogyakarta). Secara historis, sembilan penari biasanya adalah para bangsawan wanita, yang melambangkan sembilan pilar kerajaan dan kesatuan. Seperti yang dicatat oleh Raffles dan dalam Wrido Pradonggo, tarian ini berperan baik dalam aspek budaya maupun politik, dengan makna simbolis yang diungkapkan melalui lirik yang dinyanyikan oleh... pesinden (singers).

Kadipaten Pakualaman Yogyakarta memegang peran penting dalam melestarikan budaya Jawa, termasuk tarian Bedhaya Angron AkungNamanya berarti “romansa berdaun,” melambangkan cinta yang mekar seperti daun yang selalu hijau. Tarian ini mengisahkan cerita cinta Panji Inu Kertapati dan Dewi Sekartaji, yang bersatu kembali melalui iman dan kesetiaan. Diciptakan untuk menghidupkan kembali tradisi keraton, tarian ini dipentaskan dengan harapan akan kemakmuran dan harmoni di dalam kadipaten.

.:: BEDHAYA ::.

Sebelum era modern, tarian Bedhaya memiliki fungsi khusus dalam budaya. Menurut Raffles dalam bukunya *History of Java*, para penari Bedhaya dahulu adalah selir. Dalam *Wrido Pradonggo*, disebutkan bahwa setiap bupati atau abdi dalem dari masing-masing kerajaan atau kesultanan akan menghadirkan putri atau cucu perempuan mereka untuk menjadi bagian dari sembilan penari Bedhaya sebagai wujud solidaritas dalam kerajaan.

Hal ini disebutkan dalam Wrido Pradonggo bahwa kesembilan pemimpin tersebut melambangkan sembilan pilar kerajaan, dan setiap tarian Bedhaya menjadi pengingat akan jasa-jasa mereka. Bedhaya adalah sebuah warisan yang sarat makna, tersirat melalui lirik yang dinyanyikan oleh pesinden (penyanyi wanita di kraton)

Variasi Tarian Kerajaan dan Makna Sejarah

Setiap keraton di Jawa mengembangkan versi Bedhaya-nya sendiri, dengan interpretasi dan simbolisme yang khas. Contoh-contoh yang menonjol meliputi:

  • Bedhaya Ketawang dari Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat
  • Bedhaya Semang dari Kraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat
  • Bedhaya Anglir Mendung dari Puro Mangkunegaran Surakarta
  • Bedhaya Angron Akung dari Puro Pakualaman Yogyakarta

Bedhaya Angron Akung:

Sebagai salah satu pusat pelestarian dan pengembangan budaya di Jawa, Kadipaten Pakualaman Yogyakarta memiliki peran penting dalam meneliti dan memperkenalkan warisan serta budaya kepada masyarakat luas, salah satunya melalui seni tari. Salah satu tarian atau beksan yang dipentaskan di sini adalah Bedhaya Angron Akung. Dari judulnya, Angron Akung terdiri dari dua kata, yang pertama berarti berdaun dan yang kedua berarti romansa. Ini melambangkan sebuah kisah cinta yang indah yang mekar seperti daun yang selalu hijau.

Bedhaya Angron Akung is an excerpt from a romance story between Panji Inu Kertapati and Dewi Sekartaji. The two lovers were separated, but later re-united through their mutual love, loyalty, and trust in the Almighty, as was written in beksan Angron Akung’s accompanying text: (Javanese text), which reads, “by the grace of the eighth Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Paku Alam, the bedhaya putri dance was created to revitalize the previous lelangen dalem Paku Alam,” and then it continues to read that this lelangen beksan was for a consolation. During the tenth Jumemeng Dalem Kanjeng Gusti Paku Alam, Bedhaya Angron Akung was performed with the hope that life within kadipaten Paku Alaman to be blithe and prosperous through the power of love, sincerity, and determination as was told in the story of Bedhaya Angron Akung.

The dancers wear the traditional Yogyakarta-style Paes Ageng kostum dan riasan, yang melambangkan kehalusan dan martabat. Gerakan dimulai dengan sikap tegak dan langkah mantap sambil memegang seredan, kemudian diikuti dengan prosesi masuk ritual ke dalam Bangsal Sewatama, di mana mereka duduk bersila, melantunkan doa, dan menghormati adipati yang sedang memerintah dengan khidmat dan penuh keanggunan.

guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

.:: GALLERY ::.

No Images Found!

.:: VIDEO BEDHAYA ::.